Lima minggu yang lalu, total posisi short pada dolar AS terhadap berbagai mata uang utama berhenti meningkat, yang memberikan alasan untuk yakin bahwa dolar mungkin akan memulai serangan di pasar mata uang. Namun, laporan CFTC terbaru menunjukkan bahwa ini hanyalah konsolidasi. Selama minggu pelaporan, posisi short meningkat sebesar $3,7 miliar, dipimpin oleh pertumbuhan mata uang Eropa, terutama pound dan euro, bersama dengan dolar Kanada yang bergabung dengan mereka. Perubahan pada mata uang lainnya minimal.

Perlu diingat bahwa laporan ini sudah ketinggalan zaman saat diterbitkan karena tidak memperhitungkan perkembangan terbaru. Beberapa di antaranya mendukung kelanjutan penurunan dolar dan peningkatan permintaan terhadap aset berisiko. Secara khusus, ini termasuk meredanya ketegangan dalam hubungan dagang dengan Tiongkok, di mana kedua belah pihak jelas ingin mencapai kompromi, serta tanda-tanda awal kesepakatan antara Jepang dan AS. Pada hari Jumat, diumumkan bahwa kesepakatan jangka panjang telah dicapai untuk ekspor LNG AS ke Jepang, dengan total $200 miliar. Kesepakatan ini jelas ditujukan untuk memperbaiki neraca perdagangan dan kemungkinan merupakan konsesi dari Jepang, yang mungkin juga berkomitmen untuk lebih berinvestasi dalam ekonomi AS atau setidaknya terus membeli obligasi pemerintah AS, sesuatu yang sangat penting mengingat peningkatan defisit anggaran AS mendatang.

Namun, ancaman perang skala penuh di Timur Tengah, yang diprakarsai oleh Israel, menuntut penilaian ulang risiko ke arah sebaliknya—yaitu, meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven. Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk bulan Agustus dibuka minggu ini di atas $78 per barel, dan jika eskalasi berlanjut, ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz mungkin menjadi kenyataan. Ancaman hipotetis ini terutama akan memengaruhi Eropa. AS akan dipaksa untuk campur tangan, yang dapat menyebabkan konsekuensi yang sepenuhnya tidak dapat diprediksi.

Sejauh ini, pasar bereaksi relatif tenang, selain dari kenaikan harga minyak dan emas. Prospek suku bunga The Fed tetap tidak berubah: pasar memperkirakan dua penurunan pada tahun ini, pada bulan September dan Desember. Prediksi ini menyiratkan bahwa imbal hasil obligasi AS akan tetap tinggi.

Data terbaru dari AS terlihat cukup optimis. Indeks Sentimen Konsumen University of Michigan untuk bulan Juni yang dirilis pada hari Jumat naik dari 52,2 menjadi 60,5, dan Indeks Ekspektasi meningkat dari 47,9 menjadi 58,4—keduanya jauh di atas ekspektasi. Selain itu, ada penurunan signifikan dalam ekspektasi inflasi 1 tahun, yang secara tidak langsung menandakan tetap kuatnya permintaan konsumen dan mendorong ancaman resesi lebih jauh ke masa depan.

Laporan inflasi konsumen bulan Mei dirilis di bawah ekspektasi. Inflasi inti tetap sebesar 2,8% year-over-year, masih di atas target Fed, tetapi poin utamanya adalah bahwa situasi pertumbuhan harga tampaknya sepenuhnya terkendali, memungkinkan Fed untuk mempertahankan jedanya. Para investor khawatir bahwa tarif baru akan menyebabkan kekurangan produk di AS, sehingga memicu kenaikan harga. Sejauh ini, hal itu belum terjadi, dan dengan demikian tidak ada katalis untuk pertumbuhan dolar dari sudut itu.

Pasar saham bereaksi terhadap pemboman besar-besaran di Iran dengan penurunan—tetapi dangkal—dan dengan cepat memulihkan sebagian besar kerugian. Respons tenang ini disebabkan oleh risiko minimal saat ini bahwa AS akan terlibat dalam konflik, sesuatu yang tidak diminati Trump.

Indeks S&P 500 tetap mendekati level minggu lalu. Upaya untuk melanjutkan pergerakan naiknya terlihat lemah.

Kami berasumsi bahwa probabilitas penurunan ke 5.500 lebih tinggi daripada pembaruan ke level tertinggi 6.150. Meskipun risiko saat ini rendah, indeks ini telah pulih dari penurunan tajam pada bulan April. Namun, ancaman belum hilang, hanya ditunda hingga Juli. Dua minggu ke depan akan lebih menyajikan kejelasan, tetapi untuk saat ini, kami masih mengantisipasi penurunan pada indeks ini.